Celoteh Orok Menes
Hai gan, pie kabaree? kali ini ana akan menceritakan satu kisah yang ana alami sendiri tentang tempat tinggal ana. Pada suatu hari ana pergi jalan-jalan ke kota bandung untuk mengantar teman, dalam perjalanan itu ana tidak sebangku dengan kawan ana, tetapi ana berdampingan dengan seseorang yang berasal dari bandung. Untuk menghindari suntuk dimobil ana memberanikan diri bertanya kepada sesorang disamping ana, akhirnya kami pun terhanyut dalam percakapan tentang banyak hal, seseorang disamping ana itu ternyata adalah seorang dosen diperguruan tinggi negeri yang sangat ternama, pada percakapan yang membuat saya terekejut dan bertanya-tanya dalam hati adalah kata-kata tentang kesayangannya akan keberadaan kota menes, ia bilang "saya de merasa aneh kepada orang menes," aneh bagaimana pa? tanya ana, iya de, di menes itu banyak orang hebat, pinter, berani namun menes tidak berkemabang dan boleh dikatakan tidak ada kemajuan, baik infrastruktur, pendidikan maupun kebudayaan. Ia menambahkan, "untuk melihat kestabilan politik dan pendidikan di propinsi muda (Banten) maka harus melihat kestabilan kabupaten pandeglang, untuk melihat kestabilan pandeglang maka lihatlah kestabilan di menes." dari ungkapan itu ana termenung ko bisa yah menes dijadikan barometer kestabilan pendidikan, politik maupun budaya di banten, dengan keherannan itu ana pun bertanya "memangnya ada apa dengan menes," usut punya usut ternyata menes memiliki sejarah masa lalu sejarah yang historis yang melekat sampai sekarang ini. Bapak dosen itu bilang "de di menes itu banyak sekali perguruan besar islam nasional, menes banyak melahirkan orang-orang besar, lihat saja berapa jumlah anggota DPRD di kabupaten pandeglang yang berasal dari menes, lihat saja anggota DPRD di propinsi banten yang berasal dari menes, LSM di kabupaten pandeglang yang terbanyak adalah dari menes ada 26 LSM, Wartawan, anggota partai yang berpengaruh di banten banyak dari menes, bahkan sekarang ini yang menjadi rektort diperguruan tinggi negeri di banten hampir si kendalikan oleh orang menes. Tapi anehnya kenapa sejauh ini menes tidak berkembang. Dengan penjelasan dari bapak dosen itu ana menjadi paham kenapa ia bisa menyebut menes tidak berkembang, lihat saja oleh kita, infrastruktur jalan yang hancur, jalan bukan menjadi lebar tapi menyempit, baik jalan milik propinsi, kabupaten, maupun jalan kecamatan, apalagi jalan antar desa, jalan di depan kantor Kecamatan, Puskesmas, UPTD Pendidikan saja tidak beraspal, hanya sisa krikil-krikil jalan masa lalu. Infrastruktur pendidikan masih banyak sekolah-sekolah yang rusak dan tak layak digunakan, bahkan ada satu sekolah yang muridnya lebih dari 200 orang yang hanya memiliki 3 ruang belajar dan tidak memilki ruang kepala sekolah maupun dewan guru,
0 komentar:
Posting Komentar