Contoh pembuatan laporan PKP/PTK (isi)
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pembangunan
pendidikan adalah mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sedini
mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif
dari seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal
disertai dengan dukungan dari lingkungan sendiri sesuai dengan potensinya.
Untuk memperoleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas baik dibidang ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) maupun
iman dan takwa (IMTAK) dibutuhkannya sarana dan prasarana yang memadai dan
representatif serta pembinaan yang
berkualitas dan kontiyu, dengan demikian maka proses pembinaan kegiatan
intrakrikuler dan ekstrakurikuler akan berlangsung dengan baik.
Guru merupakan kunci dari
keberhasilan proses pendidikan, kemampuan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan peroses belajar mengajar menjadi faktor utama dalam
mencapai tujuan pengajaran. Siswa dan guru merupakan komponen utama dalam
kegiatan pembelajaran. Guru berperan untuk membantu siswa agar aktif dan kreatif, sedangkan siswa menerima berbagai
topik atau pengetahuan yang ditransformasikan guru.
Hal lain yang mempengaruhi keberhasilan mengajar adalah faktor
intern dan ekstern. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan tertentu, apalagi
didukung oleh minat dan bakat yang sangat tinggi, cenderung lebih berhasil
menangkap dan menjabarkan berbagai topik dan pengetahuan yang diterimanya.
Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan
Membaca Cerita Anak adalah salah satu mata pelajaran penting untuk dikuasai dan
diminati siswa dari mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, kaitannya sangat erat dengan
tingkat dan martabat kemajuan suatu bangsa untuk mengawali penguasaan
kebahasaan sebagai bahasa persatuan Indonesia, serta dasar untuk mengenal dan mengetahui
teknologi serba canggih guna melakukan kompetisi sehat dengan negara-negara
lain, sebagai ciri dari bangsa yang besar yang menjunjung tinggi bahasa
persatuan, namun pada kenyataannya antusias siswa termasuk penguasaan
kebahasaan Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak sangat
rendah sekali, dan bidang ini dianggap pelajaran yang sulit padahal sebagai
bahasa sehari-hari, sehingga mengakibatkan lunturnya rasa memiliki dan prestasi
belajar di bidang Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.
Pembelajaran yang
berhasil ditunjukan yaitu dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat
kemampuan siswa terhadap pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai (angka). Di
samping nilai tersebut, partisBahasa Indonesiasi siswa pun menjadi pertimbangan. Yang terjadi di
kelas V Semester 1 SDN Sindangkarya 2,
dari hasil pengamatan dan observasi ternyata partisipasi Bahasa Indonesia dan
keaktifan siswa dari 43 orang siswa hanya 28 orang siswa yang mencapai tingkat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Begitupun
dengan tingkat pemahaman terhadap materi tak jauh beda.
Minat dan kurang antusiasnya siswa dalam belajar Membaca Sekilas, Membaca
Memindai, dan Membaca Cerita Anak disebabkan oleh pengelolaan KBM selalu
bersifat konvensional bahkan lebih ironis lagi proses pembelajaran Membaca
Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak disajikan dalam bentuk
penyajian “Mendikte“ artinya Guru sangat dominan hanya menekankan pada metode
ceramah, menulis dengan cara di dikte atau dibacakan oleh teman sejawat sesama siswa
sedangkan guru nongkrong atau keluar kelas, pembelajaran berpusat pada guru (teacher
centered) sehingga menimbulkan sikap verbalisme, kejenuhan dan tidak
menantang siswa untuk bertindak aktif, kreatif dan menemukan ide-ide baru di
samping tidak didukung oleh sarana dan alat peraga Membaca Sekilas, Membaca
Memindai, dan Membaca Cerita Anak yang memadai.
Untuk mencapai dan
merealisasikan tujuan pengajaran Membaca Sekilas,
Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak bukan hal yang sederhana dan mudah seperti membalikan telapak tangan. Guru
perlu memiliki sikap dan kemampuan dasar dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
menguasai metode mengajar, guru akan dapat mengajar secara efektif serta dapat
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran
baik proses maupun hasil yang diperoleh sesuai harapan dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka penyusun mencoba menggunakan
model pembelajaran Pendekatan Active Learning. Model pembelajaran ini diharapkan mampu mengatasi masalah pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak yang masih sering dijumpai di SD antara lain sebagai berikut :
a. Bagaimana merangsang kreatifitas dan keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Bagaimana meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa, sekaligus langkah bagi guru dan siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar di kelas khsusunya mata pelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.
c. Bagaimana mengubah pandangan guru yang pada umumnya melakukan
pembelajaran yang bersifat konvensional di bawah
dominasi guru menjadi kegiatan pembelajaran (learning) yang aktif,
menumbuhkembangkan rasa ingin tahu (curiosity), belajar ke arah penemuan
dan penerapan konsep secara kontekstual dengan melakukan pembelajaran yang
sifatnya melatih siawa mengembangkan sikap dalam keterampilan proses yang nyata
sehingga tercipta situasi pembelajaran yang mengasyikan dan menyenangkan.
Berdasarkan kajian di atas, penyusun akan melakukan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) dengan lingkup penggunaan model pembelajaran Pendekatan Active Learning guna
meningkatkan kemampuan pemahaman dibidang Membaca
Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.
B.
Rumusan Masalah
Banyak permasalahan
seputar penggunaan Active Learning dalam pelajaran Membaca Sekilas, Membaca
Memindai, dan Membaca Cerita Anak di kelas IV. Penulis hanya memilih dua
permasalahan yang dianggap paling penting dengan judul penyusunan.
1. Bagaimana meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita
Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning di
kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang?
2. Bagaimana meningkatkan
aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita
Anak dengan
menggunakan model pembelajaran Pendekatan
Active
Learning di
kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian Karya
ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa dalam
pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca
Memindai, dan Membaca Cerita Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan
Active Learning di kelas V SDN
Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
2. Meningkatkan
aktifitas belajar siswa dalam
pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca
Memindai, dan Membaca Cerita Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning di kelas IV SDN
Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
D.
Manfaat Penelitian
Ada beberapa
manfaat yang dapat penulis ambil dari Penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Bagi
Siswa : Dengan Pendekatan Active Learning siswa mampu memperoleh
nilai yang maksimal dan makin antusias dalam mengikuti pembelajaran Membaca
Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak makin tinggi serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tentang membaca sekilas, membaca
memindai, dan membaca cerita anak.
2. Bagi
guru : Sebagai acuan dalam rangka
peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar yang bermutu dalam pembelajaran Membaca
Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.
3. Bagi
Sekolah : Memberi sumbangan yang sangat berarti dalam rangka Penelitian dan
peningkatan mutu pembelajaran. Sebagai penambah wawasan
pengetahuan serta sebagai bahan acuan untuk mengambil kebijakan dalam bidang
mata pelajaran yang lain di sekolah tersebut.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pendekatan Active Learning
Pendekatan Active Learning memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran
guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan
dan dialog. Mengajar sebagai
kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan sikap kritis, inisiatif dan
tanggung jawab si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk memcahkan
masalah dan belajar selama hidupnya dan tidak tergantung kepada guru atau orang
lain bila mereka mempelajari hal-hal baru.
B.
Model Pembelajaran
Setiap
individu tidak lepas dari masalah dalam kehidupannya, dimana masalah itu harus
dipecahkan melalui aktifiats berfikir rasional dan logis, dan dengan masalah
itu adalah suatu proses dalam rangka pendewasaan dan penambahan wasasan, hal
ini dapat dilakukan pula oleh siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas.
Kaitannya dengan hal tersebut sejalan dengan prinsip model pembelajaran Active
Learning yaitu membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir,
memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan
menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Depdiknas: Materi Pelatihan Bahasa
Indonesia Terintegrasi, 2005:23)
Model pembelajaran Active
Learning adalah secara garis besar terdiri dari menyajikan situasi masalah
yang otentik dan bermakna yang dapat memeberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Peranan guru adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan
dialog dengan siswa serta mendukung belajar siswa. ( makalah materi pelatihan Bahasa
Indonesia terintegrasi, 2005:23).
C.
Pengertian Belajar
Dalam bukunya Walker “Conditioning and
instrumental learning” (1967). Mengungkapkan bahwa Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.
Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan–kebiasaan yang buruk maupun
kebiasaan yang baik.
C.T. Morgan dalam
introduction to psychology (1961). Belajar adalah suatu perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu.
Menurut Skinner (1985)
memberikan definisi belajar adalah
“Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar
itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Menurut Morgan,
dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any
relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or
experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan
(practice)atau karena pengalaman (experience).
D.
Membaca
Membaca adalah kegiatan yang tersusun dari 4 komponen:
strategi, kelancaran, pembaca, dan teks. Strategi adalah kemampuan pembaca
menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan dalam membaca. Kelancaran
ialah kemampuan membaca dengan kecepatan tertentu dengan pemahaman yang cukup.
Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca ini yang disebut membaca
(Anderson ,
2003:68). Pemahaman dalam hal ini merupakan tujuan dari membaca.
Klein, dkk. (dalam Farida Rahim,
2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca
merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua,
membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi
membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna
ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan
membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks
tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat,
akan menemui beberapa tujuan yang ingin
dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga
terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Lou E. Burmeister (1978), dalam
Improving Speed of Comprehension in Reading menguraikan tentang Aspek Mekanis
Membaca dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Bagaimana mata seseorang
bergerak ketika mereka membaca? Apakah mata tersebut bergerak dengan lembut,
seperti ketika mengawasi seekor burung yang sedang terbang atau menyaksikan pesawat
terbang yang sedang mendarat? Atau apakah mata bergerak, berhenti, bergerak,
berhenti lagi, bergerak lagi dan berhenti lagi? Penelitian dalam ranah ini
jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang banyak berhubungan dengan
masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya diperkirakan banyak menarik
minat para instruktur pengajaran bahasa yang lebih banyak berkiprah dalam ranah
yang jauh lebih bersifat praktikal.
E.
Macam-macam Membaca
Ditinjau dari segi terdengar atau
tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi:
A. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan
membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi
yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang
disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun
pengalaman penulis.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
- menggunakan ucapan yang tepat,
- menggunakan frase yang tepat,
- menggunakan intonasi suara yang
wajar,
- dalam posisi sikap yang baik,
- menguasai tanda-tanda baca,
- membaca dengan terang dan
jelas,
- membaca dengan penuh perasaan,
ekspresif,
- membaca dengan tidak
terbata-bata,
- mengerti serta memahami bahan
bacaan yang dibacanya,
- kecepatan bergantung pada bahan
bacaan yang dibacanya,
- membaca dengan tanpa
terus-menerus melihat bahan bacaan,
- membaca dengan penuh
kepercayaan pada diri sendiri.
B. Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati adalah kegiatan
membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
Ketrampilan yang dituntut dalam
membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan
kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan
dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat
lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan
bacaan,
6. dituntut kecepatan mata dalam
membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang
baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan
dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (I) membaca ekstensif dan (II) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
I. Membaca Ekstensif
membaca ekstensif adalah membaca
secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :
1. Membaca Survai (Survey Reading )
Membaca survai adalah kegiatan
membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca
lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca
ekstensif.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut :
(a) memeriksa judul bacaan/buku,
kata pengantar, daftar isi dan malihat abstrak (jika ada),
(b) memeriksa bagian terahkir dari
isi (kesimpulan) jika ada,
(c) memeriksa indeks dan apendiks
(jika ada).
2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat
adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat
dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
(a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk
menambah kosakata.
(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi
pembaca (pemula) yang mengalami hambatan.
(c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan
kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.
Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :
(a) vokalisai atau berguman ketika
membaca,
(b) membaca dengan menggerakan bibir
tetapi tidak bersuara,
(c) kepala bergerak searah tulisan
yang dibaca,
(d) subvokalisasi; suara yang biasa
ikut membaca di dalam pikiran kita,
(e) jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kit abaca,
(e) jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kit abaca,
(f) gerakan mata kembali pada
kata-kata sebelumnya.
3. Membaca Dangkal (Superficial Reading )
membaca dangkal pada hakekatnya
bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang
tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya dilakukan
seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan
kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.
II. Membaca Intensif
membaca intensif atau intensive
reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang
seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
A. Membaca Telaah Isi :
1. Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya
dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti
bahan-bahan yang disukai.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for
understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi
kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca
yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk
menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris,
maupun makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan
membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang
terdapat pada bacaan.
5. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan
membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris,
tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan
sehari-hari.
B. Membaca Telaah Bahasa :
1. Membaca Bahasa (Foreign Language Reading )
Tujuan utama membaca bahasa adalah
memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata
(developing vocabulary)
2. Membaca Sastra (Literary
Dalam membaca sastra perhatian
pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila
seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya
sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara
bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
F.
Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan
membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan
memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat
adalah :
(a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
(a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
(c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan
kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.
G.
Membaca Memindai
Efisiensi membaca
akan lebih baik, jika informasi yang dibutuhkan sudah ditentukan lebih dahulu, karena konsentrasi perhatian
dan pikiran dapat diarahkan pada informasi
tersebut. Informasi yang dibutuhkan ini disebut
informasi fokus. Untuk menemukan informasi fokus dengan efisien, ada beberapa
teknik membaca yang digunakan, diantaranya adalah: 1) SQ3R Francis P. Robinson
mengemukakan bahwa sistem membaca SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri
dari lima
langkahyaitu: Survey, Question, Read, Recite atau Recall, dan Review. Dalam
teknik SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kitasurvei bacaan atau disebut
prabaca (Survey). Hal ini dilakukan untuk mengenal bahan bacaan sebelum
membacanya secara lengkap atau untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan
kita baca. Lalu mengajukan berbagai pertanyaan sebelum membaca (Question) yang jawabannya
kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut dan kita akan lebih mudah memahami
bacaan. Selanjutnya yaitu membaca(Read). Kemudian mengutarakan dengan kata-kata
sendiri pokok pokok pentingnya atau tanya jawab sendiri (Recite), dan mengulang
secara menyeluruh (Review). Dengan demikian maka kita akan menguasai dan
mengingatnya lebih lama. 2) PQ4R Teknik ini digunakan untuk meningkatkan
kinerja memori dalam memahami substansi teks yang dapat mendorong pembaca untuk
melakukan pengolahan materi secara lebih mendalam dan luas. Metode PQ4R
merupakan suatu strategi belajar yang meminta siswa untuk melakukan preview,
question, read, reflect, recite, dan review pada materi yang dipelajari. Melakukan
preview (membaca selintas) dan question (mengajukan pertanyaan sebelum membaca)
dapat mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan
antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga memudahkan
perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan
melakukan kegiatan selanjutnya yaitu read (membaca), reflect (merefleksi),
recite (tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara menyeluruh) 3) Scanning Teknik membaca scanning merupakan
keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat
cepat.
Teknik ini disebut juga dengan
membaca memindai. Ketika seseorang membaca memindai, dia tidak perlu membaca
kata perkata serta tidak perlu membaca secara teliti keseluruhan bahan bacaan
yang dihadapi untuk menemukan informasi khusus yang dibutuhkan. Misalnya, mencari
nomor telepon dari sekian puluh daftar nomor telepon, mencari daftar isi dari
sebuah buku, kamus atau untuk menemukan judul buku yang dicari dalam daftar
buku di perpustakaan. Hal yang diperlukan pada teknik scanning adalah kemampuan
mata untuk menjangkau kelompok-kelompok kata dan kecepatan gerakannya untuk
berpindah-pindah dari jangkauan pandangan kejangkauan pandangan berikutnya guna
menemukan informasi khusus yang dibutuhkan. 4) Skimming Adapun teknik membaca
skimming merupakan teknik membaca sekilas yang dimaksudkan untuk memperoleh
kesan umum, ide pokok, atau gagasan utama dari sebuah bacaan. Membaca skimming
menuntut pembaca memiliki kemampuan jangkauan mata yang luas dan beralih dengan
cepat dari bagian teks ke bagian teks berikutnya.Teknik-teknik tersebut di atas
dimaksudkan untuk menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide
pokok serta mengingatnya lebih lama. Dalam menemukan pokok-pokok penting
tersebut, kita perlu menguasai pedoman kecil yang disajikan oleh pengarang,
serta memperhatikan bagian penting lain dari tulisan seperti grafik, tabel,
peta,diagram, dan alat bantu visual lainnya.
H.
Strategi Belajar
Mengajar
Strategi merupakan istilah yang banyak digunakan dalam berbagai konteks
kegiatan dengan makna yang berbeda-beda. Dalam konteks belajar mengajar, strategi
berarti pola umum perbuatan guru dengan murid di dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar. (karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru
murid dalam peristiwa belajar mengajar). (Ilmu
Pendidikan, Drs. Sudirman N, 1991:90}
Adalah
sangat penting bagi guru untuk membantu para siswanya menguasai strategi
belajar. Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran
awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau
harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
I.
Mengapa Perlu Pendekatan
Active Learning?
Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat menciptakan situasi
pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered learning ) dan
berorientasi pada keterampilan proses ( proses skill ), mengembangkan
kemampuan dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran Bahasa Indonesia bermakna,
kreatif, mengaktifkan, menyenangkan dan mengasyikan siswa secara efektif
melalui kegiatan-kegiatan antara lain mengamati, mengembangkan pendapat
sendiri, merumuskan dan menguji hipotesis, serta memilih, menerapkan dan
menguji alternatif pemecahan masalah. Disamping itu pula mengembangkan
kemampuan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
memperhatikan aspek rentang kendali mutu (span of control) pola
pembelajaran yang di desain agar siswa memiliki kepekaan dan kesadaran akan
pentingnya Bahasa Indonesia serta mampu menerapkan ilmunya dalam memecahkan
masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas : 2005, 3)
J.
Bagaimana suasana Pendekatan
Active Learning?
Suasana
belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:
a.
Pengalaman
Anak belajar banyak melalui berbuat.
Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera darMembaca Sekilas,
Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anakda hanya melalui mendengarkan.
Mengenal ada benda tenggelam dan terapung dalam air lebih mantap bila
mencobanya sendiri darMembaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita
Anakda hanya menerima penjelasan guru.
b.
Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat
kualitasnya ila berlangsung dalam suasana interaksi dengan orang lain,
berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan.
Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan,
maka kita terpacu berpikir untuk menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas
pendapat itu menjadi lebih baik.
c.
Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam
rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran,
baik dalam rangka mengungkapkan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang
lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentanga apa yang sedang dipikirkan
atau dipelajari.
K. Kemampuan
Di dalam kamus bahasa Indonesia ,
kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup,
melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan).
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Menur Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesaggupan) merupakan
tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut
Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau
merupakan hasil latihan atau praktek.
|
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A.
SUBJEK PENELITIAN
Perbaikan
pembelajaran dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Membaca
Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita Anak, dari tanggal 7 s/d 14 September 2011, dengan rincian waktu sebagai
berikut:
- Tanggal 25 Oktober 2011, Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus 1
- Tanggal 27 Oktober 2011, Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus 2
B.
DESKRIPSI PER SIKLUS
1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Perbaikan
Pembelajaran dilakukan karena masih banyak siswa kelas V SD Negeri Sindangkarya
2 yang mendapatkan nilai di bawah standar minimal yang sudah ditetapkan
sebelumnya oleh sekolah. Rencana perbaikan pembelajaran ini pun salah satu
upaya untuk meningkatkan pendidikan, semangat belajar siswa, perubahan
perbaikan siswa dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rencana Perbaikan
Pembelajaran secara sistematis dapat disusun berdasarkan kesamaan dalam pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh guru disaat
melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Rencana Perbaikan
Pembelajaran dilaksanakan sebagaimana tertera dalam jadwal Rencana Perbaikan
Pembelajaran di bawah ini.
Rencana Perbaikan
Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan dua siklus yang
masing-masing siklus mempunyai masalah, baik dalam nilai yang diperoleh anak
maupun sikap individu anak dalam mengikuti pembelajaran.
Dari Rencana
Perbaikan Pembelajaran yang dilaksanakan pertama yang dilaksanakan, hasilnya
siswa masih ada yang belum tuntas dalam menguasai konsep, dan masih terdapat 15
siswa dari 43 siswa yang nilainya di bawah standar untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Untuk mengetahui perubahan nilai, diharuskan mengikuti perbaikan
(remedial) siklus ke 2.
Rencana Perbaikan
Pembelajaran kedua dilaksanakan, hasilnya ada peningkatan. Pada perbaikan
pembelajaran kedua guru melakukan perubahan strategi dan metode untuk lebih
menarik perhatian siswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif dan Menyenangkan). Strategi dan metode pembelajaran guru dengan
menggunakan pendekatan PAKEM, siswa mampu berinteraksi untuk menunjang
pembelajaran, aktif bertanya, kreatif merancang / membuat sesuatu, menuliskan
ide atau gagasan, ketercapaian kompetensi rancangan pembelajaran, suasana
belajar mengajar yang hidup, semarak, terkondisi, dan mendorong pemusatan
perhatian siswa terhadap pelajaran.
Tahap- tahap Siklus 1
1. Perencanaan
Kegiatan
dalam perencanaan meliputi :
ü Mendiskusikan dan menetapkan rancangan
pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I.
ü Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan
penerapan pendekatan active learning.
ü Menyusun soal-soal dan LKS sebagai tugas yang akan
diberikan kepada siswa untuk dibahas dalam kelompoknya.
ü Mempersiapkan lembar observasi dan catatan harian.
2. Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun secara garis besar pada pelaksanaan
ini meliputi :
ü Penyajian materi pelajaran secara klasikal
ü Pemberian contoh soal yang pembahasnya dibahas
melalui pendekatan active Learning.
ü Pemberian tugas untuk dibahas dalam kelompoknya.
ü Kegiatan pembelajaran diserahkan kepada
masing-masing kelompok dalam rangka pendalaman materi atau konsep.
ü Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
pembahasan kelompok kepada kelompok yang lainnya.
3. Observasi
Pada tahap ini
dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi dan tes formatip. Pada lembar observasi ini memuat hal-hal yang
dilakukan siswa baik aktivitas maupun kreatifitasnya. Untuk didokumentasikan
ketika proses pembelajaran yang menggunakan penerapan pendekatan pembelajaran
active learning berlangsung. Aktifitas yang dilihat di antaranya adalah
keaktivan siswa untuk mengikuti jalannya diskusi kelompok sebagai sumber
belajar sedangkan tes foramtip digunakan untuk mengetahui peningkatan sejauh
mana kemampuan siswa menguasai materi pelajaran khususnya IPA.
Pelaksanaan
observasi ini dibantu dengan alat yang sederhana yaitu jurnal harian. Jurnal
harian ini merupakan catatan harian sehingga dapat berfungsi sebagai rekaman
pengamatan yang sangat efektif. Jurnal harian ini pula akan memuat
catatan-catatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal
harian menurut tim pelatih proyek PGSM (1999, h. 74) terdiri dari empat
komponen yaitu :
a)
Konteks
b)
Rekaman fakta
c)
Makna dari
fakta yang terekam dalam bingkai pikir pembelajaran yang telah di observasi.
d)
Keterterapan
dari apa yang teramati dari segi tujuan study banding.
Dengan demikian
dalam penyusunan inipun jumlah harian akan memuat empat komponen di atas.
4. Refleksi
Selain tindakan
dilakukan maka selanjutnya dilakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan sebagai
upaya untuk mengkaji apa yang telah dan / atau tidak terjadi, apa yang telah
dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang
telahdilakukan.
Hasil refreksi ini
digunakan untuk menerapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai
tujuan penyusunan ini. Dengan demikian sesuai tujuan dari refleksi ini maka
hasil dari observsai baik dari lembar observasi, jurnal harian maupun tes
formatip kami analisis datanya dan kemudian direfreksikan, serta kami amati,
kami kaji mengenai apa yang telah atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan
atau yang belum berhasil dituntaskan pada siklus I ini. Sehingga hasilnya dapat
dijadikan bahan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dan sebagai acuan
untuk siklus berikutnya. Artinya jika dalam pelaksanaan Siklus I ini tidak
mencapai hasil yang maksimal, maka akan dilaksanakan Siklus II dengan
langkah-langkah yang sama seperti Siklus I.
Tahap-tahap Siklus 2
Pada
siklus II ini pelaksanaannya tergantung dari siklus I atau merupakan pengembangan
siklus I. Kegiatan pada tahapa ini diantaranya :
1.
Perencanaan
:
Menyusun Rencana Pembelajaran
pengembangan dari siklus I. Membuat lembar observasi pengembangan dari siklus
l. Membuat soal-soal pemecahan masalah pengembangan dari siklus l.
2. Tindakan :
Kegiatan sama dengan siklus l
3. Observasi :
Mengamati kegiatan pembelajaran dengan
alat bantu lembar observasi, catatan harian. Dan foto pemberian tes formatif
II.
4. Refleksi :
Mengkaji,
mendiskusikan, menganalisis data-data yang diperoleh pada siklus II.
2.
Siklus 1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Masalah yang menjadi fokus perbaikan pada siklus 1
mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah :
·
Nilai
perolehan siswa yang masih di bawah nilai standar minimal sebanyak 15 siswa
dari 43 siswa yang mendapat nilai di bawah standar minimal.
·
Nilai
rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa dari jumlah 43 orang belum begitu
memuaskan.
·
Motivasi dan
minat belajar anak yang masih kurang.
·
Penguasaan
materi masih kurang.
b. Tujuan perbaikan disamping upaya mencapai nilai
standar minimal juga diharapkan :
·
Adanya
perubahan perolehan nilai yang dicapai siswa.
·
Adanya
motivasi semangat belajar yang timbul pada diri anak.
·
Adanya gairah
dalam belajar terutama ada kegemaran dan kebiasaan dalam membaca buku.
·
Menumbuhkan
gairah anak dalam mengikuti pelajaran.
c. Langkah-langkah perbaikan :
·
Merubah soal
evaluasi yang masih dianggap susah oleh siswa.
·
Memberikan
bimbingan dan tuntunan kepada anak agar timbul rasa percaya diri dan mau
berubah.
·
Merubah
strategi pembelajaran dalam menggunakan metode yang masih dianggap oleh anak
terlalu monoton (kurang menyentuh).
·
Memberikan
model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan bagi anak.
3.
Siklus 2 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Pada siklus 2 mata pelajaran Bahasa Indonesia,
masalah yang menjadi fokus pada siklus 1 sudah teratasi.
·
Nilai
perolehan siswa yang masih di bawah standar minimal sebanyak 15 siswa dari 43
siswa sudah ada peningkatan.
·
Nilai
rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa dari jumlah 43 orang suda memuaskan.
·
Motivasi dan
minat belajar siswa sudah meningkat.
·
Penguasaan
materi pelajaran ada peningkatan.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
Setelah diadakan
pengamatan oleh guru dengan teman sejawat, permasalahan yang dihadapi pada
siklus 1 pada tanggal 25 Oktober 2011, tinggal 15 orang siswa dari 43 siswa, untuk
pelajaran Bahasa Indonesia.
Adapun
prosedur atau langkah-langkah yang
dilakukan dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
:
1. Menyiapkan alat peraga.
2. Memotivasi siswa sebagai apersepsi.
3. Membahas materi pelajaran dengan metode yang
bervariasi.
4. membentuk kelompok.
5. Membuat kesimpulan.
6. Membagikan LKS.
7. Memberikan PR.
Supaya perbaikan
tercapai, siswa dicoba disuruh mengumpulkan karu bilangan dan menyelesaikan
beberapa contoh dan latihan mengenai mean dan modus pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam melaksanakan
perbaikan ini, guru dibantu oleh seorang teman sejawat yang sengaja untuk
mengamati dan membantu hal-hal yang membuat siswa tidak dapat menguasai materi
pembelajaran. Dengan dibantu teman sejawat, guru dapat menemukan solusi bagaimana
cara belajar mengajar dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan dan memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Untuk mencapai
suatu tujuan pada upaya perbaikan, agar siswa mengikuti pelajaran di kelas
secara aktif dan kreatif, tumbuh rasa semangat belajar, suasana lebih nyaman
dan menyenangkan, maka yang perlu dilakukan oleh guru adalah “Apersepsi”.
Apersepsi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membaca atau mengulang pelajaran yang telah
diberikan sebelumnya atau pelajaran yang telah lalu.
2. Membaca materi berikutnya dari buku pegangan
secara berurutan.
3. Membaca buku lain yang ada hubungannya dengan
kompetensi dasar sebagai pokok yang akan diterangkan.
Disamping langkah
di atas, berbagai cara yang dilakukan guru dalam mencapai suatu tujuan
perbaikan, dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk melakukan secara
langsung tentang “Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita Anak”
sebagai Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Melalui penjelasan
dan alat peraga yang disiapkan, metoda yang bervariasi, menarik, mudah dipahami
oleh siswa dan selalu mengadakan tanya jawab dengan siswa agar terlihat sikap
keberanian dan mental siswa sehingga dapat terlihat diantara siswa yang
menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap sebagai kelompok mata
pelajaran eksak khususnya.
Dalam upaya
melakukan perbaikan pembelajaran baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
tidak dilakukan sendiri, melainkan dibantu oleh Guru dan teman sejawat yang
secara sengaja untuk mengamati dan membantu siswa yang tidak menguasai konsep
dan teknik materi pelajaran.
Dengan didampingi
oleh teman sejawat dan guru, ditemukannya solusi atau jalan pemecahan
penyelesaian dalam cara belajar mengajar yang baik, dan dapat berhasil sesuai
dengan yang diharapkan dalam pencapaian target standar minimal yang sudah
ditetapkan oleh sekolah. Keberhasilan perbaikan pembelajaran dengan kerjasama
yang baik dapat dilakukan terus menerus dan berkesinambungan.
BAB IV
|
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGOLAHAN DATA
Proses perbaikan
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan 2 siklus dapat ditemukan data
sebagai berikut :
No.
|
Nama Siswa
|
Nilai yang Diperoleh
|
Ket.
|
||
RPP 1
|
RPP 2
|
||||
1
|
Agit Taufik Hidayat
|
70
|
80
|
||
2
|
Agus Supriyatna
|
50
|
80
|
||
3
|
Andini
|
50
|
90
|
||
4
|
Dewi Andesva
|
80
|
100
|
||
5
|
Dwi Cahyono
|
70
|
90
|
||
6
|
Erlan
|
70
|
90
|
||
7
|
Elen Anggelina
|
70
|
90
|
||
8
|
Ervi Slvia
|
80
|
90
|
||
9
|
Elvin
|
50
|
90
|
||
10
|
Fitri
|
80
|
90
|
||
11
|
Fitri Saumi
|
50
|
80
|
||
12
|
Fitra Latifah
|
80
|
100
|
||
13
|
Ferdiansyah
|
50
|
80
|
||
14
|
Haerudin
|
70
|
80
|
||
15
|
Hana Salsabila
|
80
|
100
|
||
16
|
Ilmih
|
80
|
90
|
||
17
|
Jaenal Abidin
|
60
|
90
|
||
18
|
Jaenal Mustofa
|
90
|
100
|
||
19
|
Jaenudin
|
50
|
90
|
||
20
|
Mega Melani
|
50
|
80
|
||
21
|
Moh. Rifai
|
50
|
80
|
||
22
|
Moh. Fahrul Ulum
|
80
|
100
|
||
23
|
Moh. Fajriansyah
|
50
|
90
|
||
24
|
Moh. Udin
|
70
|
100
|
||
25
|
Meli
|
80
|
100
|
||
26
|
Moh. Fakih
|
80
|
100
|
||
27
|
Nasrul
|
70
|
90
|
||
28
|
Nani Nurnadilah
|
50
|
90
|
||
29
|
Nengsih Burhan
|
50
|
80
|
||
30
|
Rodin
|
80
|
100
|
||
31
|
Rakel Karisma
|
40
|
80
|
||
32
|
Rudiat Adiyatna
|
70
|
100
|
||
33
|
Siti Ilfi Romadona
|
80
|
100
|
||
34
|
Siti Aisyah
|
80
|
100
|
||
35
|
Siti Iin Aminah
|
70
|
90
|
||
36
|
Suhendri
|
50
|
90
|
||
37
|
Saumi
|
50
|
80
|
||
38
|
Sopiyan
|
80
|
100
|
||
39
|
Siti Nurcholisah
|
40
|
80
|
||
40
|
Syariah
|
70
|
100
|
||
41
|
Yanti
|
80
|
100
|
||
42
|
Tina Agustina
|
80
|
100
|
||
43
|
Juhaeriah
|
70
|
90
|
||
Jumlah
|
2850
|
3920
|
|||
Rata-rata
|
66,27
|
91,16
|
Berikut ini hasil
Observasi pada hasil Kelompok Kerja Siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
No
|
Nama Kelompok
|
Aspek yang dinilai
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
||
Kekompakan
|
Kerjasama
|
Ketelitian
|
||||
1
|
Kelompok 1
|
80
|
80
|
90
|
250
|
83
|
2
|
Kelompok 2
|
80
|
70
|
70
|
220
|
73
|
3
|
Kelompok 3
|
80
|
80
|
80
|
240
|
80
|
4
|
Kelompok 4
|
80
|
90
|
100
|
270
|
90
|
5
|
Kelompok 5
|
80
|
75
|
80
|
235
|
78
|
Rata-rata
|
80
|
80
|
84
|
244
|
81,3
|
|
Rata-rata yang diperoleh = 81,3
|
Hasil Observasi
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan Persentase (%).
No
|
Nama Siswa
|
Hasil yang Diperoleh
|
|
RPP 1
|
RPP 2
|
||
1
|
Agit Taufik Hidayat
|
Sebagian besar betul
|
Betul 80 %
|
2
|
Agus Supriyatna
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
3
|
Andini
|
Betul 50 %
|
Betul 90 %
|
4
|
Dewi Andesva
|
Sebagian besar betul
|
Betul 90 %
|
5
|
Dwi Cahyono
|
Sebagian besar betul
|
Betul 100 %
|
6
|
Erlan
|
Betul 70 %
|
Betul 90 %
|
7
|
Elen Anggelina
|
Betul 70 %
|
Betul 90 %
|
8
|
Ervi Slvia
|
Betul 80 %
|
Betul 90 %
|
9
|
Elvin
|
Betul 50 %
|
Sebagian besar betul
|
10
|
Fitri
|
Betul 80 %
|
Betul 90 %
|
11
|
Fitri Saumi
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
12
|
Fitra Latifah
|
Sebagian besar betul
|
Betul 90 %
|
13
|
Ferdiansyah
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
14
|
Haerudin
|
Sebagian besar betul
|
Sebagian besar betul
|
15
|
Hana Salsabila
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
16
|
Ilmih
|
Betul 80 %
|
Betul 90 %
|
17
|
Jaenal Abidin
|
Betul 60 %
|
Betul 90 %
|
18
|
Jaenal Mustofa
|
Betul 90 %
|
Betul 100 %
|
19
|
Jaenudin
|
Betul 50 %
|
Betul 90 %
|
20
|
Mega Melani
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
21
|
Moh. Rifai
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
22
|
Moh. Fahrul Ulum
|
Sebagian besar betul
|
Betul 100 %
|
23
|
Moh. Fajriansyah
|
Betul 50 %
|
Betul 90 %
|
24
|
Moh. Udin
|
Betul 70 %
|
Betul 100 %
|
25
|
Meli
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
26
|
Moh. Fakih
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
27
|
Nasrul
|
Betul 70 %
|
Sebagian besar betul
|
28
|
Nani Nurnadilah
|
Betul 50 %
|
Betul 90 %
|
29
|
Nengsih Burhan
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
30
|
Rodin
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
31
|
Rakel Karisma
|
Sebagian besar salah
|
Sebagian besar betul
|
32
|
Rudiat Adiyatna
|
Betul 70 %
|
Betul 100 %
|
33
|
Siti Ilfi Romadona
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
34
|
Siti Aisyah
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
35
|
Siti Iin Aminah
|
Betul 70 %
|
Sebagian besar betul
|
36
|
Suhendri
|
Betul 50 %
|
Betul 90 %
|
37
|
Saumi
|
Betul 50 %
|
Betul 80 %
|
38
|
Sopiyan
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
39
|
Siti Nurcholisah
|
Sebagian besar salah
|
Sebagian besar betul
|
40
|
Syariah
|
Betul 70 %
|
Betul 100 %
|
41
|
Yanti
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
42
|
Tina Agustina
|
Betul 80 %
|
Betul 100 %
|
43
|
Juhaeriah
|
Betul 70 %
|
Sebagian besar betul
|
Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa
dan hasil diskusi bersama teman sejawat, ternyata menunjukan kemajuan dalam
pencapaian standar nilai yang ditetapkan sekolah.
TABEL HASIL PERBAIKAN
MENURUT PERSENTASE
BAHASA INDONESIA
Siklus I
|
Siklus II
|
||||
Nilai
|
Jumlah Murid
|
%
|
Nilai
|
Jumlah Murid
|
%
|
10
|
-
|
-
|
10
|
-
|
-
|
20
|
-
|
-
|
20
|
-
|
-
|
30
|
-
|
-
|
30
|
-
|
-
|
40
|
2
|
4,6
%
|
40
|
-
|
-
|
50
|
13
|
30,2
%
|
50
|
-
|
-
|
60
|
1
|
2,3
%
|
60
|
-
|
-
|
70
|
11
|
25,6
%
|
70
|
-
|
-
|
80
|
15
|
34,9
%
|
80
|
11
|
25,6
%
|
90
|
1
|
2,3
%
|
90
|
16
|
37,2
%
|
100
|
-
|
-
|
100
|
16
|
37,2
%
|
HASIL PEROLEHAN SISWA
DALAM BENTUK DIAGRAM
|
|
BAHASA INDONESIA
RPP SIKLUS 1
|
|
|
|
BAHASA
INDONESIA
RPP SIKLUS 2
|
|
|
B. DESKRIPSI TEMUAN DAN REFLEKSI
Dilihat dari hasil
prose perbaikan pembelajaran, bukti dari data yang diperoleh pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia siklus 1 dan 2 menunjukan adanya peningkatan yang
signifikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya jawaban siswa yang benar,
beberapa siswa berani mengajukan pertanyaan, bahkan ada juga siswa yang berani
mengemukakan pendapatnya walaupun jawabannya belum tepat. Siswa tidak merasa
takut, siswa tambah semangat jika disuruh mengerjakan soal-soal di papan tulis
dan siswa serius dalam menjawab pertanyaan Guru serta sungguh-sungguh dalam
mengerjakan soal-soal latihan.
C. PEMBAHASAN
Pembahasan Singkat Mengenai Temuan
Berdasarkan temuan
yang diperoleh pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada siklus
1 dan 2, maka hasil yang diperoleh siswa ada peningkatan. Mereka mampu
bekerjasama dalam kelompoknya dengan baik. Adanya peningkatan prestasi belajar
karena guru di dalam menyampaikan materi pelajaran dapat dimengerti dan
dipahami, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan cukup menunjang.
Hal ini sesuai
dengan tingkat perkembangan berpikir anak tingkat SD yaitu tingkat perkembangan
operasional kongkrit, dimana guru menggunakan alat peraga dan contoh-contoh
yang kongkrit, serta contoh latihan yang bervariasi sangat mendukung dan memicu
siswa dalam mengerjakan soal-soal, sehingga hasil yang diperoleh siswa sangat
memuaskan.
Siswa tanpa ragu
lagi untuk menjawab pertanyaan dari Guru, siswa tambah berani dalam mengajukan
pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya serta mau mengerjakan soal-soal di
papan tulis tanpa disuruh. Namun, hal ini dirasakan masih kurang karena apa
yang dipraktekan Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara keseluruhan
belum mencapai hasil 100%.
GRAFIK MENURUT RATA-RATA PER SIKLUS
BAHASA INDONESIA
|
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil pembelajaran selama dua kali dari mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas
V SD Negeri Sindangkarya 2 Kecamatan Menes dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Setelah melakukan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan Pendekatan Active Learning
terjadi peningkatan
kemampuan pemahaman siswa dalam
pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan
Membaca Cerita Anak di kelas V SDN Sindangkarya
2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Siswa lebih tertarik dengan pembelajaran yang melibatkan individunya dalam pembelajaran secara langsung dan contoh-contoh yang kongkrit.
2. Pembelajaran yang telah diajarkan atau dilakukan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan Pendekatan
Active Learning terjadi peningkatan
aktifitas belajar siswa dalam
pembelajaran Tentang
Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita
Anak di
kelas V SDN Sindangkarya
2 Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang. Sehingga siswa lebih berani dalam menjawab pertanyaan ada perubahan (meningkat) yang sangat berarti, hal ini dapat dilihat
melalui pengajuan pertanyaan yang jelas dan singkat, yang artinya penggunaan
bahasa bertanya sudah bagus, dan peranan siswa terlihat
lebih aktif.
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya meningkatkan
penguasaan materi antara lain sebagai berikut :
1.
Berdasarkan pengalaman dan pelaksanaan pembelajaran melalui PTK guru harus memiliki berbagai model pembelajaran yang berfariasi dan bekerjasama dengan teman sejawat, Kepala Sekolah
dan Kelompok Kerja Guru, serta semua pihak yang berkaitan dengan pembelajaran
untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman yang menyangkut dengan masalah dan
tugas mengajar sehari-hari.
2.
Setiap guru harus menguasai materi yang akan disampaikannya. Menyiapkan alat peraga
dan alat bantu lainnya yang menunjang. Menguasai berbagai teknik atau materi mengajar. Memberikan contoh soal yang bervariasi. Memotivasi siswa agar memperhatikan pelajaran.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Melatih siswa untuk kerjasama dengan kelompok dan setiap hari siswa diberi pekerjaan
rumah.
Sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaraan baik disekolah
maupun diluar sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar