Penerapan peraturan baru pemerintah tentang impor film asing ke indonesia berdampak kepada peredaran film lainnya, tidak hanya Hollywood yang amblas dengan peraturan dirjen pajak tapi efeknya berimbas pada film eropa, mandarin dan bollywood.
Ikatan Perusahaan Film Impor Indonesia (IKAPIFI) mengamini langkah Hollywood menghentikan pasokan film ke Indonesia. IKAPIFI pun akan berhenti mengimpor film dari Eropa, Mandarin, India dan film-film dunia lainnya.
"Karena yang mereka impor itu bukan hanya film Hollywood saja, tapi film Mandarin, India, dan lain-lain. Semua film di dunia, termasuk film independen. Film-film itu akan terkena pajak seperti itu juga," kata Juru Bicara 21 Cineplex Noorca Masardi.
Sedangkan anggapan film Hollywood yang menggairahkan perkembangan film Indonesia ditampik oleh Sutradara Hanung Bramantyo. Film Indonesia bergairah karena sineas lokal, bukan karena film Hollywood. Hanung menjelaskan, sebelum era reformasi tahun 1998, film Indonesia memang sangat lesu. Setelah itu, film Indonesia bangkit. Siapa yang membangkitkan? Sebut saja film 'Petualangan Sherina' dan film remaja 'Ada Apa Dengan Cinta?'.
"Faktanya yang bangkitkan orang indonesia itu orangnya sendiri. Setelah 'Petualangan Sherina' dan 'Ada Apa Dengan Cinta itulah bngkit lagi.
"Sejauh ini 'Laskar Pelangi' nggak bisa ditaklukan, 4,2 juta. Film Hollywood sekalipun belum ada yang tempus saat diputar di Indonesia," jelas Hanung. Namun sayangnya setelah 'Petualangan Sherina', 'Ada Apa Dengan Cinta?', atau 'Ayat-ayat Cinta', tidak ada inovasi lagi. Banyak tema film yang sama, namun tidak berkembang.
Terkadang banyak tema dan alur cerita yang sama yang diusung oleh sutradara yang membosankan bagi penikmat film kita, yang tidak memiliki inovasi dan daya jual.
0 komentar:
Posting Komentar