PROPOSAL LAPORAN PKP_ISI

Contoh pembuatan laporan PKP/PTK (isi)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kebijakan pembangunan pendidikan adalah mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dari seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan dukungan dari lingkungan sendiri sesuai dengan potensinya.
Untuk memperoleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas baik dibidang ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) maupun iman dan takwa (IMTAK) dibutuhkannya sarana dan prasarana yang memadai dan representatif  serta pembinaan yang berkualitas dan kontiyu, dengan demikian maka proses pembinaan kegiatan intrakrikuler dan ekstrakurikuler akan berlangsung dengan baik.
Guru merupakan kunci dari keberhasilan proses pendidikan, kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan peroses belajar mengajar menjadi faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Siswa dan guru merupakan komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. Guru berperan untuk membantu siswa agar aktif dan kreatif, sedangkan siswa menerima berbagai topik atau pengetahuan yang ditransformasikan guru.
Hal lain yang mempengaruhi keberhasilan mengajar adalah faktor intern dan ekstern. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan tertentu, apalagi didukung oleh minat dan bakat yang sangat tinggi, cenderung lebih berhasil menangkap dan menjabarkan berbagai topik dan pengetahuan yang diterimanya.

Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak adalah salah satu mata pelajaran penting untuk dikuasai dan diminati siswa dari mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, kaitannya sangat erat dengan tingkat dan martabat kemajuan suatu bangsa untuk mengawali penguasaan kebahasaan sebagai bahasa persatuan Indonesia, serta dasar untuk mengenal dan mengetahui teknologi serba canggih guna melakukan kompetisi sehat dengan negara-negara lain, sebagai ciri dari bangsa yang besar yang menjunjung tinggi bahasa persatuan, namun pada kenyataannya antusias siswa termasuk penguasaan kebahasaan Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak sangat rendah sekali, dan bidang ini dianggap pelajaran yang sulit padahal sebagai bahasa sehari-hari, sehingga mengakibatkan lunturnya rasa memiliki dan prestasi belajar di bidang Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukan yaitu dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat kemampuan siswa terhadap pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai (angka). Di samping nilai tersebut, partisBahasa Indonesiasi siswa pun menjadi pertimbangan. Yang terjadi di kelas V Semester 1 SDN Sindangkarya 2, dari hasil pengamatan dan observasi ternyata partisipasi Bahasa Indonesia dan keaktifan siswa dari 43 orang siswa hanya 28 orang siswa yang mencapai tingkat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Begitupun dengan tingkat pemahaman terhadap materi tak jauh beda.
Minat dan kurang antusiasnya siswa dalam belajar Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak disebabkan oleh pengelolaan KBM selalu bersifat konvensional bahkan lebih ironis lagi proses pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak disajikan dalam bentuk penyajian “Mendikte“ artinya Guru sangat dominan hanya menekankan pada metode ceramah, menulis dengan cara di dikte atau dibacakan oleh teman sejawat sesama siswa sedangkan guru nongkrong atau keluar kelas, pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) sehingga menimbulkan sikap verbalisme, kejenuhan dan tidak menantang siswa untuk bertindak aktif, kreatif dan menemukan ide-ide baru di samping tidak didukung oleh sarana dan alat peraga Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak yang memadai.
Untuk mencapai dan merealisasikan tujuan pengajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak bukan hal yang sederhana dan mudah seperti membalikan telapak tangan. Guru perlu memiliki sikap dan kemampuan dasar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah menguasai metode mengajar, guru akan dapat mengajar secara efektif serta dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran baik proses maupun hasil yang diperoleh sesuai harapan dalam pembelajaran.
     Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka penyusun mencoba menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning. Model pembelajaran ini diharapkan mampu mengatasi masalah pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak yang masih sering dijumpai di SD antara lain sebagai berikut :
a.     Bagaimana merangsang kreatifitas dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
b.    Bagaimana meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, sekaligus langkah bagi guru dan siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar di kelas khsusunya mata pelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.
c.     Bagaimana mengubah pandangan guru yang pada umumnya melakukan pembelajaran yang bersifat konvensional di bawah dominasi guru menjadi kegiatan pembelajaran (learning) yang aktif, menumbuhkembangkan rasa ingin tahu (curiosity), belajar ke arah penemuan dan penerapan konsep secara kontekstual dengan melakukan pembelajaran yang sifatnya melatih siawa mengembangkan sikap dalam keterampilan proses yang nyata sehingga tercipta situasi pembelajaran yang mengasyikan dan menyenangkan.
Berdasarkan kajian di atas, penyusun akan melakukan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan lingkup penggunaan model pembelajaran Pendekatan Active Learning guna meningkatkan kemampuan pemahaman dibidang Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.


B.     Rumusan Masalah
Banyak permasalahan seputar penggunaan Active Learning dalam pelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak di kelas IV. Penulis hanya memilih dua permasalahan yang dianggap paling penting dengan judul penyusunan.
1.      Bagaimana meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning di kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang?
2.      Bagaimana meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning di kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian Karya ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning di kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
2.      Meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak dengan menggunakan model pembelajaran Pendekatan Active Learning di kelas IV SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.

D.    Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat penulis ambil dari Penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1.      Bagi Siswa : Dengan Pendekatan Active Learning siswa mampu memperoleh nilai yang maksimal dan makin antusias dalam mengikuti pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak makin tinggi serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tentang membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak.

2.      Bagi guru : Sebagai acuan dalam rangka peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar yang bermutu dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anak.

3.      Bagi Sekolah : Memberi sumbangan yang sangat berarti dalam rangka Penelitian dan peningkatan mutu pembelajaran. Sebagai penambah wawasan pengetahuan serta sebagai bahan acuan untuk mengambil kebijakan dalam bidang mata pelajaran yang lain di sekolah tersebut.          


  
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pendekatan Active Learning
Pendekatan Active Learning memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan sikap kritis, inisiatif dan tanggung jawab si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk memcahkan masalah dan belajar selama hidupnya dan tidak tergantung kepada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru.

B.     Model Pembelajaran
      Setiap individu tidak lepas dari masalah dalam kehidupannya, dimana masalah itu harus dipecahkan melalui aktifiats berfikir rasional dan logis, dan dengan masalah itu adalah suatu proses dalam rangka pendewasaan dan penambahan wasasan, hal ini dapat dilakukan pula oleh siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas. Kaitannya dengan hal tersebut sejalan dengan prinsip model pembelajaran Active Learning yaitu membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Depdiknas: Materi Pelatihan Bahasa Indonesia Terintegrasi, 2005:23)
     Model pembelajaran Active Learning adalah secara garis besar terdiri dari menyajikan situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memeberikan kemudahan kepada  siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog dengan siswa serta mendukung belajar siswa. ( makalah materi pelatihan Bahasa Indonesia terintegrasi, 2005:23).

C.    Pengertian Belajar
Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” (1967).  Mengungkapkan bahwa Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan–kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.
C.T. Morgan dalam introduction to psychology (1961). Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu.
Menurut Skinner (1985) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Menurut Mc. Beach (Lih Bugelski 1956) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa–bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice).
Menurut Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice)atau karena pengalaman (experience).

D.    Membaca
Membaca adalah kegiatan yang tersusun dari 4 komponen: strategi, kelancaran, pembaca, dan teks. Strategi adalah kemampuan pembaca menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan dalam membaca. Kelancaran ialah kemampuan membaca dengan kecepatan tertentu dengan pemahaman yang cukup. Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca ini yang disebut membaca (Anderson, 2003:68). Pemahaman dalam hal ini merupakan tujuan dari membaca.
Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Lou E. Burmeister (1978), dalam Improving Speed of Comprehension in Reading menguraikan tentang Aspek Mekanis Membaca dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Bagaimana mata seseorang bergerak ketika mereka membaca? Apakah mata tersebut bergerak dengan lembut, seperti ketika mengawasi seekor burung yang sedang terbang atau menyaksikan pesawat terbang yang sedang mendarat? Atau apakah mata bergerak, berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi dan berhenti lagi? Penelitian dalam ranah ini jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang banyak berhubungan dengan masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya diperkirakan banyak menarik minat para instruktur pengajaran bahasa yang lebih banyak berkiprah dalam ranah yang jauh lebih bersifat praktikal.

E.     Macam-macam Membaca
Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi:
A. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.

Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
  1. menggunakan ucapan yang tepat,
  2. menggunakan frase yang tepat,
  3. menggunakan intonasi suara yang wajar,
  4. dalam posisi sikap yang baik,
  5. menguasai tanda-tanda baca,
  6. membaca dengan terang dan jelas,
  7. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
  8. membaca dengan tidak terbata-bata,
  9. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
  10. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
  11. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
  12. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

B. Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.

Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (I) membaca ekstensif dan (II) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
I. Membaca Ekstensif
membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :
1. Membaca Survai (Survey Reading)
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.

Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut :
(a) memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat abstrak (jika ada),
(b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,
(c) memeriksa indeks dan apendiks (jika ada).

2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.

Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
(a)    metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
(b)   Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca (pemula) yang mengalami hambatan.
(c)    Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.

Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :
(a) vokalisai atau berguman ketika membaca,
(b) membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara,
(c) kepala bergerak searah tulisan yang dibaca,
(d) subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita,
(e) jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kit abaca,
(f) gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.

3. Membaca Dangkal (Superficial Reading)
membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.

II. Membaca Intensif
membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
A. Membaca Telaah Isi :
1. Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.

2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).

3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

5. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.

B. Membaca Telaah Bahasa :
1. Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary)

2. Membaca Sastra (Literary Reading)
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.

F.     Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
(a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
(c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.

G.    Membaca Memindai
Efisiensi membaca akan lebih baik, jika informasi yang dibutuhkan sudah ditentukan lebih dahulu, karena konsentrasi perhatian dan pikiran dapat diarahkan pada informasi tersebut. Informasi yang dibutuhkan ini disebut informasi fokus. Untuk menemukan informasi fokus dengan efisien, ada beberapa teknik membaca yang digunakan, diantaranya adalah: 1) SQ3R Francis P. Robinson mengemukakan bahwa sistem membaca SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkahyaitu: Survey, Question, Read, Recite atau Recall, dan Review. Dalam teknik SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kitasurvei bacaan atau disebut prabaca (Survey). Hal ini dilakukan untuk mengenal bahan bacaan sebelum membacanya secara lengkap atau untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu mengajukan berbagai pertanyaan sebelum membaca (Question) yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut dan kita akan lebih mudah memahami bacaan. Selanjutnya yaitu membaca(Read). Kemudian mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok pokok pentingnya atau tanya jawab sendiri (Recite), dan mengulang secara menyeluruh (Review). Dengan demikian maka kita akan menguasai dan mengingatnya lebih lama. 2) PQ4R Teknik ini digunakan untuk meningkatkan kinerja memori dalam memahami substansi teks yang dapat mendorong pembaca untuk melakukan pengolahan materi secara lebih mendalam dan luas. Metode PQ4R merupakan suatu strategi belajar yang meminta siswa untuk melakukan preview, question, read, reflect, recite, dan review pada materi yang dipelajari. Melakukan preview (membaca selintas) dan question (mengajukan pertanyaan sebelum membaca) dapat mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan melakukan kegiatan selanjutnya yaitu read (membaca), reflect (merefleksi), recite (tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara menyeluruh)  3) Scanning Teknik membaca scanning merupakan keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat.

Teknik ini disebut juga dengan membaca memindai. Ketika seseorang membaca memindai, dia tidak perlu membaca kata perkata serta tidak perlu membaca secara teliti keseluruhan bahan bacaan yang dihadapi untuk menemukan informasi khusus yang dibutuhkan. Misalnya, mencari nomor telepon dari sekian puluh daftar nomor telepon, mencari daftar isi dari sebuah buku, kamus atau untuk menemukan judul buku yang dicari dalam daftar buku di perpustakaan. Hal yang diperlukan pada teknik scanning adalah kemampuan mata untuk menjangkau kelompok-kelompok kata dan kecepatan gerakannya untuk berpindah-pindah dari jangkauan pandangan kejangkauan pandangan berikutnya guna menemukan informasi khusus yang dibutuhkan. 4) Skimming Adapun teknik membaca skimming merupakan teknik membaca sekilas yang dimaksudkan untuk memperoleh kesan umum, ide pokok, atau gagasan utama dari sebuah bacaan. Membaca skimming menuntut pembaca memiliki kemampuan jangkauan mata yang luas dan beralih dengan cepat dari bagian teks ke bagian teks berikutnya.Teknik-teknik tersebut di atas dimaksudkan untuk menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide pokok serta mengingatnya lebih lama. Dalam menemukan pokok-pokok penting tersebut, kita perlu menguasai pedoman kecil yang disajikan oleh pengarang, serta memperhatikan bagian penting lain dari tulisan seperti grafik, tabel, peta,diagram, dan alat bantu visual lainnya.

H.    Strategi Belajar Mengajar
Strategi merupakan istilah yang banyak digunakan dalam berbagai konteks kegiatan dengan makna yang berbeda-beda. Dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru dengan murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. (karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru murid dalam peristiwa belajar mengajar). (Ilmu Pendidikan, Drs. Sudirman N, 1991:90}
      Adalah sangat penting bagi guru untuk membantu para siswanya menguasai strategi belajar. Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

I.       Mengapa Perlu Pendekatan Active Learning?
Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat menciptakan situasi pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered learning ) dan berorientasi pada keterampilan proses ( proses skill ), mengembangkan kemampuan dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran Bahasa Indonesia bermakna, kreatif, mengaktifkan, menyenangkan dan mengasyikan siswa secara efektif melalui kegiatan-kegiatan antara lain mengamati, mengembangkan pendapat sendiri, merumuskan dan menguji hipotesis, serta memilih, menerapkan dan menguji alternatif pemecahan masalah. Disamping itu pula mengembangkan kemampuan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan memperhatikan aspek rentang kendali mutu (span of control) pola pembelajaran yang di desain agar siswa memiliki kepekaan dan kesadaran akan pentingnya Bahasa Indonesia serta mampu menerapkan ilmunya dalam memecahkan masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas : 2005, 3)

J.      Bagaimana suasana Pendekatan Active Learning?
Suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:

a.      Pengalaman
Anak belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera darMembaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anakda hanya melalui mendengarkan. Mengenal ada benda tenggelam dan terapung dalam air lebih mantap bila mencobanya sendiri darMembaca Sekilas, Membaca Memindai, dan Membaca Cerita Anakda hanya menerima penjelasan guru.

b.      Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya ila berlangsung dalam suasana interaksi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita terpacu berpikir untuk menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik.

c.       Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengungkapkan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentanga apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.

K.    Kemampuan
Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata  “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,  berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu  kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu  apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Menur Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesaggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan  kesanggupan bawaan sejak lahir, atau  merupakan hasil latihan atau praktek.
Ada pula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.





 
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A.    SUBJEK PENELITIAN
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita Anak, dari tanggal 7 s/d 14 September 2011, dengan rincian waktu sebagai berikut:
  1. Tanggal 25 Oktober 2011, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus 1
  2. Tanggal 27 Oktober 2011, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus 2

B.     DESKRIPSI PER SIKLUS
1.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Perbaikan Pembelajaran dilakukan karena masih banyak siswa kelas V SD Negeri Sindangkarya 2 yang mendapatkan nilai di bawah standar minimal yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh sekolah. Rencana perbaikan pembelajaran ini pun salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan, semangat belajar siswa, perubahan perbaikan siswa dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rencana Perbaikan Pembelajaran secara sistematis dapat disusun berdasarkan kesamaan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh guru disaat melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Rencana Perbaikan Pembelajaran dilaksanakan sebagaimana tertera dalam jadwal Rencana Perbaikan Pembelajaran di bawah ini.
Rencana Perbaikan Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus mempunyai masalah, baik dalam nilai yang diperoleh anak maupun sikap individu anak dalam mengikuti pembelajaran.

 
 

Dari Rencana Perbaikan Pembelajaran yang dilaksanakan pertama yang dilaksanakan, hasilnya siswa masih ada yang belum tuntas dalam menguasai konsep, dan masih terdapat 15 siswa dari 43 siswa yang nilainya di bawah standar untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui perubahan nilai, diharuskan mengikuti perbaikan (remedial) siklus ke 2.
Rencana Perbaikan Pembelajaran kedua dilaksanakan, hasilnya ada peningkatan. Pada perbaikan pembelajaran kedua guru melakukan perubahan strategi dan metode untuk lebih menarik perhatian siswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan). Strategi dan metode pembelajaran guru dengan menggunakan pendekatan PAKEM, siswa mampu berinteraksi untuk menunjang pembelajaran, aktif bertanya, kreatif merancang / membuat sesuatu, menuliskan ide atau gagasan, ketercapaian kompetensi rancangan pembelajaran, suasana belajar mengajar yang hidup, semarak, terkondisi, dan mendorong pemusatan perhatian siswa terhadap pelajaran.
Tahap- tahap Siklus 1
1.      Perencanaan
      Kegiatan dalam perencanaan meliputi :
ü  Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I.
ü  Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan active learning.
ü  Menyusun soal-soal dan LKS sebagai tugas yang akan diberikan kepada siswa untuk dibahas dalam kelompoknya.
ü  Mempersiapkan lembar observasi dan catatan harian.
2.       Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun secara garis besar pada pelaksanaan ini meliputi :
ü  Penyajian materi pelajaran secara klasikal
ü  Pemberian contoh soal yang pembahasnya dibahas melalui pendekatan active Learning.
ü  Pemberian tugas untuk dibahas dalam kelompoknya.
ü  Kegiatan pembelajaran diserahkan kepada masing-masing kelompok dalam rangka pendalaman materi atau konsep.
ü  Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pembahasan kelompok kepada kelompok yang lainnya.
3.      Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan tes formatip. Pada lembar observasi ini memuat hal-hal yang dilakukan siswa baik aktivitas maupun kreatifitasnya. Untuk didokumentasikan ketika proses pembelajaran yang menggunakan penerapan pendekatan pembelajaran active learning berlangsung. Aktifitas yang dilihat di antaranya adalah keaktivan siswa untuk mengikuti jalannya diskusi kelompok sebagai sumber belajar sedangkan tes foramtip digunakan untuk mengetahui peningkatan sejauh mana kemampuan siswa menguasai materi pelajaran khususnya IPA.
Pelaksanaan observasi ini dibantu dengan alat yang sederhana yaitu jurnal harian. Jurnal harian ini merupakan catatan harian sehingga dapat berfungsi sebagai rekaman pengamatan yang sangat efektif. Jurnal harian ini pula akan memuat catatan-catatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal harian menurut tim pelatih proyek PGSM (1999, h. 74) terdiri dari empat komponen yaitu :
                     a)         Konteks
                     b)         Rekaman fakta
                     c)         Makna dari fakta yang terekam dalam bingkai pikir pembelajaran yang telah di observasi.
                     d)         Keterterapan dari apa yang teramati dari segi tujuan study banding.
Dengan demikian dalam penyusunan inipun jumlah harian akan memuat empat komponen di atas.

4.      Refleksi
Selain tindakan dilakukan maka selanjutnya dilakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan / atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telahdilakukan.
Hasil refreksi ini digunakan untuk menerapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penyusunan ini. Dengan demikian sesuai tujuan dari refleksi ini maka hasil dari observsai baik dari lembar observasi, jurnal harian maupun tes formatip kami analisis datanya dan kemudian direfreksikan, serta kami amati, kami kaji mengenai apa yang telah atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan pada siklus I ini. Sehingga hasilnya dapat dijadikan bahan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dan sebagai acuan untuk siklus berikutnya. Artinya jika dalam pelaksanaan Siklus I ini tidak mencapai hasil yang maksimal, maka akan dilaksanakan Siklus II dengan langkah-langkah yang sama seperti Siklus I.
Tahap-tahap Siklus 2
      Pada siklus II ini pelaksanaannya tergantung dari siklus I atau merupakan pengembangan siklus I. Kegiatan pada tahapa ini diantaranya :
1.      Perencanaan :
Menyusun Rencana Pembelajaran pengembangan dari siklus I. Membuat lembar observasi pengembangan dari siklus l. Membuat soal-soal pemecahan masalah pengembangan dari siklus l.
2.      Tindakan :
Kegiatan sama dengan siklus l
3.      Observasi :
Mengamati kegiatan pembelajaran dengan alat bantu lembar observasi, catatan harian. Dan foto pemberian tes formatif II.
4.      Refleksi :
Mengkaji, mendiskusikan, menganalisis data-data yang diperoleh pada siklus II.
2.      Siklus 1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a.       Masalah yang menjadi fokus perbaikan pada siklus 1 mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah :
·         Nilai perolehan siswa yang masih di bawah nilai standar minimal sebanyak 15 siswa dari 43 siswa yang mendapat nilai di bawah standar minimal.
·         Nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa dari jumlah 43 orang belum begitu memuaskan.
·         Motivasi dan minat belajar anak yang masih kurang.
·         Penguasaan materi masih kurang.
b.      Tujuan perbaikan disamping upaya mencapai nilai standar minimal juga diharapkan :
·         Adanya perubahan perolehan nilai yang dicapai siswa.
·         Adanya motivasi semangat belajar yang timbul pada diri anak.
·         Adanya gairah dalam belajar terutama ada kegemaran dan kebiasaan dalam membaca buku.
·         Menumbuhkan gairah anak dalam mengikuti pelajaran.
c.       Langkah-langkah perbaikan :
·         Merubah soal evaluasi yang masih dianggap susah oleh siswa.
·         Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada anak agar timbul rasa percaya diri dan mau berubah.
·         Merubah strategi pembelajaran dalam menggunakan metode yang masih dianggap oleh anak terlalu monoton (kurang menyentuh).
·         Memberikan model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan bagi anak.
3.      Siklus 2 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a.       Pada siklus 2 mata pelajaran Bahasa Indonesia, masalah yang menjadi fokus pada siklus 1 sudah teratasi.
·         Nilai perolehan siswa yang masih di bawah standar minimal sebanyak 15 siswa dari 43 siswa sudah ada peningkatan.
·         Nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa dari jumlah 43 orang suda memuaskan.
·         Motivasi dan minat belajar siswa sudah meningkat.
·         Penguasaan materi pelajaran ada peningkatan.

C.    PROSEDUR PELAKSANAAN
Setelah diadakan pengamatan oleh guru dengan teman sejawat, permasalahan yang dihadapi pada siklus 1 pada tanggal 25 Oktober 2011, tinggal 15 orang siswa dari 43 siswa, untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
Adapun prosedur  atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1.      Menyiapkan alat peraga.
2.      Memotivasi siswa sebagai apersepsi.
3.      Membahas materi pelajaran dengan metode yang bervariasi.
4.      membentuk kelompok.
5.      Membuat kesimpulan.
6.      Membagikan LKS.
7.      Memberikan PR.
Supaya perbaikan tercapai, siswa dicoba disuruh mengumpulkan karu bilangan dan menyelesaikan beberapa contoh dan latihan mengenai mean dan modus pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam melaksanakan perbaikan ini, guru dibantu oleh seorang teman sejawat yang sengaja untuk mengamati dan membantu hal-hal yang membuat siswa tidak dapat menguasai materi pembelajaran. Dengan dibantu teman sejawat, guru dapat menemukan solusi bagaimana cara belajar mengajar dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Untuk mencapai suatu tujuan pada upaya perbaikan, agar siswa mengikuti pelajaran di kelas secara aktif dan kreatif, tumbuh rasa semangat belajar, suasana lebih nyaman dan menyenangkan, maka yang perlu dilakukan oleh guru adalah “Apersepsi”.
Apersepsi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Membaca atau mengulang pelajaran yang telah diberikan sebelumnya atau pelajaran yang telah lalu.
2.      Membaca materi berikutnya dari buku pegangan secara berurutan.
3.      Membaca buku lain yang ada hubungannya dengan kompetensi dasar sebagai pokok yang akan diterangkan.
Disamping langkah di atas, berbagai cara yang dilakukan guru dalam mencapai suatu tujuan perbaikan, dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk melakukan secara langsung tentang Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita Anak sebagai Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Melalui penjelasan dan alat peraga yang disiapkan, metoda yang bervariasi, menarik, mudah dipahami oleh siswa dan selalu mengadakan tanya jawab dengan siswa agar terlihat sikap keberanian dan mental siswa sehingga dapat terlihat diantara siswa yang menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap sebagai kelompok mata pelajaran eksak khususnya.
Dalam upaya melakukan perbaikan pembelajaran baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak dilakukan sendiri, melainkan dibantu oleh Guru dan teman sejawat yang secara sengaja untuk mengamati dan membantu siswa yang tidak menguasai konsep dan teknik materi pelajaran.
Dengan didampingi oleh teman sejawat dan guru, ditemukannya solusi atau jalan pemecahan penyelesaian dalam cara belajar mengajar yang baik, dan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan dalam pencapaian target standar minimal yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Keberhasilan perbaikan pembelajaran dengan kerjasama yang baik dapat dilakukan terus menerus dan berkesinambungan.


BAB IV


 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL PENGOLAHAN DATA
Proses perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan 2 siklus dapat ditemukan data sebagai berikut :
No.
Nama Siswa
Nilai yang Diperoleh
Ket.
RPP 1
RPP 2
1
Agit Taufik Hidayat
70
80

2
Agus Supriyatna
50
80

3
Andini
50
90

4
Dewi Andesva
80
100

5
Dwi Cahyono
70
90

6
Erlan
70
90

7
Elen Anggelina
70
90

8
Ervi Slvia
80
90

9
Elvin
50
90

10
Fitri
80
90

11
Fitri Saumi
50
80

12
Fitra Latifah
80
100

13
Ferdiansyah
50
80

14
Haerudin
70
80

15
Hana Salsabila
80
100

16
Ilmih
80
90

17
Jaenal Abidin
60
90

18
Jaenal Mustofa
90
100

19
Jaenudin
50
90

20
Mega Melani
50
80

21
Moh. Rifai
50
80

22
Moh. Fahrul Ulum
80
100

23
Moh. Fajriansyah

 
50
90

24
Moh. Udin
70
100

25
Meli
80
100

26
Moh. Fakih
80
100

27
Nasrul
70
90

28
Nani Nurnadilah
50
90

29
Nengsih Burhan
50
80

30
Rodin
80
100

31
Rakel Karisma
40
80

32
Rudiat Adiyatna
70
100

33
Siti Ilfi Romadona
80
100

34
Siti Aisyah
80
100

35
Siti Iin Aminah
70
90

36
Suhendri
50
90

37
Saumi
50
80

38
Sopiyan
80
100

39
Siti Nurcholisah
40
80

40
Syariah
70
100

41
Yanti
80
100

42
Tina Agustina
80
100

43
Juhaeriah
70
90

Jumlah
2850
3920

Rata-rata
66,27
91,16


  
Berikut ini hasil Observasi pada hasil Kelompok Kerja Siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
No
Nama Kelompok
Aspek yang dinilai
Jumlah
Rata-rata
Kekompakan
Kerjasama
Ketelitian
1
Kelompok 1
80
80
90
250
83
2
Kelompok 2
80
70
70
220
73
3
Kelompok 3
80
80
80
240
80
4
Kelompok 4
80
90
100
270
90
5
Kelompok 5
80
75
80
235
78
Rata-rata
80
80
84
244
81,3
Rata-rata yang diperoleh = 81,3


Hasil Observasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan Persentase (%).
No
Nama Siswa
Hasil yang Diperoleh
RPP 1
RPP 2
1
Agit Taufik Hidayat
Sebagian besar betul
Betul 80 %
2
Agus Supriyatna
Betul 50 %
Betul 80 %
3
Andini
Betul 50 %
Betul 90 %
4
Dewi Andesva
Sebagian besar betul
Betul 90 %
5
Dwi Cahyono
Sebagian besar betul
Betul 100 %
6
Erlan
Betul 70 %
Betul 90 %
7
Elen Anggelina
Betul 70 %
Betul 90 %
8
Ervi Slvia
Betul 80 %
Betul 90 %
9
Elvin
Betul 50 %
Sebagian besar betul
10
Fitri
Betul 80 %
Betul 90 %
11
Fitri Saumi
Betul 50 %
Betul 80 %
12
Fitra Latifah
Sebagian besar betul
Betul 90 %
13
Ferdiansyah
Betul 50 %
Betul 80 %
14
Haerudin
Sebagian besar betul
Sebagian besar betul
15
Hana Salsabila
Betul 80 %
Betul 100 %
16
Ilmih
Betul 80 %
Betul 90 %
17
Jaenal Abidin
Betul 60 %
Betul 90 %
18
Jaenal Mustofa
Betul 90 %
Betul 100 %
19
Jaenudin
Betul 50 %
Betul 90 %
20
Mega Melani
Betul 50 %
Betul 80 %
21
Moh. Rifai
Betul 50 %
Betul 80 %
22
Moh. Fahrul Ulum
Sebagian besar betul
Betul 100 %
23
Moh. Fajriansyah
Betul 50 %
Betul 90 %
24
Moh. Udin
Betul 70 %
Betul 100 %
25
Meli
Betul 80 %
Betul 100 %
26
Moh. Fakih
Betul 80 %
Betul 100 %
27
Nasrul
Betul 70 %
Sebagian besar betul
28
Nani Nurnadilah
Betul 50 %
Betul 90 %
29
Nengsih Burhan
Betul 50 %
Betul 80 %
30
Rodin
Betul 80 %
Betul 100 %
31
Rakel Karisma
Sebagian besar salah
Sebagian besar betul
32
Rudiat Adiyatna
Betul 70 %
Betul 100 %
33
Siti Ilfi Romadona
Betul 80 %
Betul 100 %
34
Siti Aisyah
Betul 80 %
Betul 100 %
35
Siti Iin Aminah
Betul 70 %
Sebagian besar betul
36
Suhendri
Betul 50 %
Betul 90 %
37
Saumi
Betul 50 %
Betul 80 %
38
Sopiyan
Betul 80 %
Betul 100 %
39
Siti Nurcholisah
Sebagian besar salah
Sebagian besar betul
40
Syariah
Betul 70 %
Betul 100 %
41
Yanti
Betul 80 %
Betul 100 %
42
Tina Agustina
Betul 80 %
Betul 100 %
43
Juhaeriah
Betul 70 %
Sebagian besar betul


Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dan hasil diskusi bersama teman sejawat, ternyata menunjukan kemajuan dalam pencapaian standar nilai yang ditetapkan sekolah.



TABEL HASIL PERBAIKAN MENURUT PERSENTASE
BAHASA INDONESIA
Siklus I
Siklus II
Nilai
Jumlah Murid
%
Nilai
Jumlah Murid
%
10
-
-
10
-
-
20
-
-
20
-
-
30
-
-
30
-
-
40
2
4,6 %
40
-
-
50
13
30,2 %
50
-
-
60
1
2,3 %
60
-
-
70
11
25,6 %
70
-
-
80
15
34,9 %
80
11
25,6 %
90
1
2,3 %
90
16
37,2 %
100
-
-
100
16
37,2 %

HASIL PEROLEHAN SISWA DALAM BENTUK DIAGRAM
Text Box: Jumlah Siswa

4,6%
 

2,3%
 
BAHASA INDONESIA
RPP SIKLUS 1





34,9%
 

25,6%
 

30,2%
 




2,3%
 





Text Box: Jumlah SiswaBAHASA INDONESIA
RPP SIKLUS 2






37,2%
 

37,2%
 

28,5%
 










B.     DESKRIPSI TEMUAN DAN REFLEKSI
Dilihat dari hasil prose perbaikan pembelajaran, bukti dari data yang diperoleh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siklus 1 dan 2 menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya jawaban siswa yang benar, beberapa siswa berani mengajukan pertanyaan, bahkan ada juga siswa yang berani mengemukakan pendapatnya walaupun jawabannya belum tepat. Siswa tidak merasa takut, siswa tambah semangat jika disuruh mengerjakan soal-soal di papan tulis dan siswa serius dalam menjawab pertanyaan Guru serta sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal-soal latihan.



C.    PEMBAHASAN
Pembahasan Singkat Mengenai Temuan
Berdasarkan temuan yang diperoleh pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada siklus 1 dan 2, maka hasil yang diperoleh siswa ada peningkatan. Mereka mampu bekerjasama dalam kelompoknya dengan baik. Adanya peningkatan prestasi belajar karena guru di dalam menyampaikan materi pelajaran dapat dimengerti dan dipahami, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan cukup menunjang.
Hal ini sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir anak tingkat SD yaitu tingkat perkembangan operasional kongkrit, dimana guru menggunakan alat peraga dan contoh-contoh yang kongkrit, serta contoh latihan yang bervariasi sangat mendukung dan memicu siswa dalam mengerjakan soal-soal, sehingga hasil yang diperoleh siswa sangat memuaskan.
Siswa tanpa ragu lagi untuk menjawab pertanyaan dari Guru, siswa tambah berani dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya serta mau mengerjakan soal-soal di papan tulis tanpa disuruh. Namun, hal ini dirasakan masih kurang karena apa yang dipraktekan Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara keseluruhan belum mencapai hasil 100%.


  GRAFIK MENURUT RATA-RATA PER SIKLUS
BAHASA INDONESIA



Text Box: Nilai Rata-rata
 




























 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Hasil pembelajaran selama dua kali dari mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Sindangkarya 2 Kecamatan Menes dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Setelah melakukan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Pendekatan Active Learning terjadi peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita Anak di kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Siswa lebih tertarik dengan pembelajaran yang melibatkan individunya dalam pembelajaran secara langsung dan contoh-contoh yang kongkrit.

2.      Pembelajaran yang telah diajarkan atau dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Pendekatan Active Learning terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Tentang Membaca Sekilas, Membaca Memindai Dan Membaca Cerita Anak di kelas V SDN Sindangkarya 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Sehingga siswa lebih berani dalam menjawab pertanyaan ada perubahan (meningkat) yang sangat berarti, hal ini dapat dilihat melalui pengajuan pertanyaan yang jelas dan singkat, yang artinya penggunaan bahasa bertanya sudah bagus, dan peranan siswa terlihat lebih aktif.


B.     SARAN

 
Dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya meningkatkan penguasaan materi antara lain sebagai berikut :
1.      Berdasarkan pengalaman dan pelaksanaan pembelajaran melalui PTK guru harus memiliki berbagai model pembelajaran yang berfariasi dan bekerjasama dengan teman sejawat, Kepala Sekolah dan Kelompok Kerja Guru, serta semua pihak yang berkaitan dengan pembelajaran untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman yang menyangkut dengan masalah dan tugas mengajar sehari-hari.

2.      Setiap guru harus menguasai materi yang akan disampaikannya. Menyiapkan alat peraga dan alat bantu lainnya yang menunjang. Menguasai berbagai teknik atau materi mengajar. Memberikan contoh soal yang bervariasi. Memotivasi siswa agar memperhatikan pelajaran. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Melatih siswa untuk kerjasama dengan kelompok dan setiap hari siswa diberi pekerjaan rumah. Sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaraan baik disekolah maupun diluar sekolah.



0 komentar: