Cinta Monyet, Cinta Pertamaku

Cinta Monyet, Cinta Pertamaku. Itulah yang aku ingat beberapa belas tahun lalu saat masih amat remaja, yah amat remaja. Aku terduduk dibawah pohon sawit dipekarangan sekolah sma negeri menes menatap awan putih yang berkejaraan. Hiruk-pikuk siswa lainnya yang sedang istirahat tak ku pedulikan, aku larut dalam keasikkan.

"Cinta itu indah yak!" ucapnya tiba-tiba dari arah samping, kontan saja membuyarkan lamunanku. Lantas pemilik suara yang merdu dan renyah itu duduk disampingku,  disampingku percis.

Ku lirik dan Ku tatap wajahnya begitu berseri, senyumnya mempurnakan kecantikan fisik dan jiwanya. Dia amat cantik, cantik sekali. Yah jujur saja aku mengagumninya luar dalam, dia bukan wanita biasa bagiku, ketegukan hatinya adalah lambang karakter keperempuanannya yang lekat, cara pandangnya jauh buah dari kecerdasaan fikirannya yang tajam. Di wajahnya terlihat pancaran cahaya keteduhan jiwa, hasil dari kesolehan pada titah-Nya. Siapa yang memandangnya akan merasakan keteduhan, rasa nyaman teramat.


Aku amatlah beruntung, aku yang hanya memiliki wajah paspasan saja bisa menaklukan perempuan secantik dirinya. Sungguh teman-temanku banyak yang iri, bahkan dengan terang-terangan mengejek ketidak tampananku didepan kekasihku ini.


"Yah, cinta itu indah, seindah telaga khautsar!" ucapku semangat, namun tidak bisa menutupi rasa kegugupanku. Wajahku pun ikut berubah semu merah. Akibat ucapanku yang senonoh dan tidak difikir lagi, membuatmalapetaka bagiku. Ia pun terpancing oleh kata terakhirku.

Sambil tersenyum ia bertannya, "Memangnya telaga khautsar seindah apa?" auranya manja saat bertanya seperti itu.

Aku yang asal ucap, bermaksud sedikit berpuisisasi, supaya kesannya keren dan terdengar romantis, malah jadi belepotan,bahkan terlihat amat bego dan oon. 'Mampus gue!' ucapku dalam hati. Aku menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal dan mengucap na ni nu tidak jelas.

Melihat aku yang kikuk membuatnya tertawa-tawa, aku lemas.

~~~


Habibah Salsabila Desu namanya, kekasih pertamaku. Perempuan inilah yang membuat aku keranjingan membaca dan menulis, ia pula yang membuatku bersemangat untuk tidak pernah meninggalkan shalat dan menghatamkan Quran saat Ramadhan seperti ini. Dialah yang memiliki kontribusi terbesar dalam hidupku, walau kisah cinta kami hanya seumur jagung, tapi hati kami telah diikat mengabadi.

Aku yang terpisah sebelas tahun masih ingat betul akan gayanya, tiap helaian langkah kakinya, paras wajah senyumnya, lantunan suara merdunya saat membaca ayat-perayat, kata-kata indah puisisasinya.

Aku bersyukur mengenalmu dan memliki cintamu sekedar saja darmu.
Titip bahagia buat suami dan kedua anakmu wahai Habibah Salsabila Desu.

#bersambung yakk

2 komentar:

Anonim mengatakan...

miriss..... Goribah Umu... ha...ha....
Galau 2013

Anonim mengatakan...

wew